Minggu, 30 September 2012
Untuk Perempuan - Sheila On 7
Jangan mengejarnya
Jangan mencarinya
Dia yang kan menemukanmu
Kau mekar di hatinya
Di hari yang tepat
Jangan mengejarku
Jangan mencariku
Aku yang kan menemukanmu
Kau mekar di hatiku
Di hari yang tepat
Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang
Dia kan datang
Dan memungutmu ke hatinya yang terdalam
Bahkan dia takkan bertahan tanpamu
Sibukkan harimu
Jangan pikirkanku
Takdir yang kan menuntunku
Pulang kepadamu
Di hari yang tepat
Sabtu, 29 September 2012
Teori Produksi (Prinsip Ekonomi Islam)
Prinsip Ekonomi Islam
TEORI PRODUKSI
Produksi, distribusi, dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu
rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling
mempengaruhi, namun produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu. Dari
sudut pandang konvensional, produksi dilihat dari tiga hal, yaitu: apa yang
diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/jasa diproduksi.
Ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari empat
faktor produksi; tiga faktor produksi lainnya adalah sumber alam, modal, dan
keahlian.
Produksi meliputi aktivitas
produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan
produksi dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana proses produksi
dilakukan dan siapa yang memproduksi? Berikut akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh
aktivitas produksi.
1.
Apa yang diproduksi
Terdapat dua pertimbangan yang
mendasari pilihan jenis dan macam suatu produk yang akan diproduksi; ada
kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat (primer, sekunder, tertier) dan ada
manfaat positif bagi perusahan dan masyarakat (harus memenuhi kategori etis dan
ekonomi).
2.
Berapa kuantitas yang
diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko
Jumlah produksi di pengaruhi dua
faktor; intern dan ekstern; faktor intern meliputi sarana dan prasarana yang
dimiliki perusahan, faktor modal, faktor SDM, faktor sumber daya lainnya.
Adapun faktor ekstern meliputi adanya jumlah kebutuhan masyarakat, kebutuhan
ekonomi, market share yang dimasuki dan dikuasai, pembatasan hukum dan
regulasi.
3. Kapan produksi
dilakukan Penetapan waktu produksi, apakah akan mengatasi kebutuhan eksternal
atau menunggu tingkat kesiapan perusahaan.
4. Mengapa suatu produk diproduksi
4. Mengapa suatu produk diproduksi
a.
Alasan ekonomi
b.
Alasan kemanusiaan
c.
Alasan politik
5.
Dimana produksi itu
dilakukan
a.
Kemudahan memperoleh
suplier bahan dan alat-alat produksi
b.
Murahnya
sumber-sumber ekonomi
c.
Akses pasar yang
efektif dan efisien
d.
Biaya-biaya lainnya
yang efisien
6.
Bagaimana proses
produksi dilakukan: input- proses – out put - out come
7.
Siapa yang
memproduksi; negara, kelompok masyarakat, individu
Dengan demikian masalah barang
apa yang harus diproduksi (what), berapa jumlahnya (how much), bagaimana
memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut (for whom), yang merupakan
pertanyaan umum dalam teori produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi
Islam dalam produksi.
Produksi dimaksudkan untuk
mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi
dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.
Produksi adalah menciptakan
manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah
materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai
kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai
pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada
misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau
mengeksploitasi (ekstraktif).
Memindahkannya dari tempat yang
tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara
menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya
dengan memasukkan bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau
mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan
sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau
mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadi sesuatu yang baru.
A.
Motif Produksi
Dalam ekonomi konvensional, motif utama dalam produksi adalah
maksimalisasi keuntungan, motif ini sering membuat mereka mengabaikan dampak
negatif yang ditimbulkan dari proses produksi tersebut yang dapat merugikan
masyarakat sekitar pabrik, konsumen, bagian dari faktor produksi tersebut
maupun lingkungan. Ekonomi konvensional juga tidak merisaukan bahwa ternyata
produknya hanya dikonsumsi sekelompok kecil masyarakat kaya sepanjang
keuntungan yang mereka dapatkan sudah memadai.
Motif produksi dalam ekonomi Islam yaitu bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran, dengan menjaga keberlanjutan (sustainability) dan
tidak merusak lingkungan, berdimensi kemanusiaan (humanisme).
B.
Tujuan Produksi
Dalam konsep ekonomi konvensional
(kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya,
berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi
dalam islam yaitu memberikan mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi Islam
tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah
dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep
mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah.
Keuntungan bagi seorang produsen
biasannya adalah laba (profit), yang diperoleh setelah dikurangi oleh
faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah berwujud segala hal yang memberikan
kebaikan dan manfaat bagi produsen sendiri dan manusia secara keseluruhan.
Keberkahan ini dapat dicapai jika
produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam
upaya mencari berkah dalam jangka pendek akan menurunkan keuntungan (karena
adannya biaya berkah), tetapi dalam jangka panjang kemungkinan justru akan
meningkatkan keuntungan, kerena meningkatnya permintaan.
Berkah merupakan komponen penting
dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apapun
pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi, sebab
berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output.
Berkah yang dimasukkan dalam
input produksi meliputi bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi
harus memiliki kebaikan dan manfaat baik dimasa sekarang maupun dimasa
mendatang. Penggunaan bahan baku yang ilegal (tanpa izin) baik itu dari hasil
illegal logging, maupun penggunaan bahan baku yang tanpa batas dalam
penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin akan memiliki nilai manfaat
yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam jangka waktu panjang akan
menimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan baku dari ilegal logging
dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai bencana, dan akan memberikan
nilai mudharat kepada para penerus/generasi selanjutnya.
C.
Faktor Produksi
Dalam pandangan Baqir Sadr
(1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Perbedaan ekonomi islam dengan
ekonomi konvesional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya.
Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan
batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis
ekonomi yang dapat digunakan.
Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi Islam dengan
ekonomi konvesional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :
a. Faktor produksi
tenaga kerja
b. Faktor produksi bahan
baku dan bahan penolong
c. Faktor produksi modal
Di antara ketiga faktor produksi,
faktor produksi modal yang memerlukan perhatian khusus karena dalam ekonomi
konvesional diberlakukan system bunga. Pengenaan bunga terhadap modal ternyata
membawa dampak yang luas bagi tingkat efisiansi produksi. ‘Abdul-Mannan
mengeluarkan modal dari faktor produksi perbedaan ini timbul karena salah satu
diantara dua persoalan berikut ini: ketidakjelasan antara faktor-faktor yang
terakhir dan faktor-faktor antara, atau apakah kita menganggap modal sebagai
buruh yang diakumulasikan, perbedaan ini semakin tajam karena kegagalan dalam
memadukan larangan bunga (riba) dalam Islam dengan peran besar yang dimainkan
oleh modal dalam produksi.
D.
Produksi dalam Pandangan Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT
sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab
suci umat Islam, dalam ayat yang artinya:
“Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapar tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (al-Jaatsiyah:
13)
Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah
Rabb semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak
semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk
mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat.
Menurut ajaran Islam, manusia adalah khalifatullah atau wakil
Allah di muka bumi dan berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan
beribadah kepada-Nya. Dalam QS al-An’aam (6) ayat 165 Allah berfirman yang
artinya:
Dan Dialah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu
atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya dan SesungguhnyaTuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang
banyak manfaatnya bagiorang lain atau masyarakat. Bekerja dan beribadah
menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi
sendiri atau dijual ke pasar. Islam secara khas menekankan bahwa setiap
kegiatan produksi harus mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin dalam QS.
Al-Hadiid (57) ayat 7:
Berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah
telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.
Kita harus melakukan hal ini karena memang dalam sebagian harta
yang kita miliki terdapat hak orang miskin, baik yang meminta maupun tidak
meminta. Kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi keperluan
konsumtif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisa berkontribusi di
kehidupan sosial.
Melalui konsep inilah, kegiatan produksi harus bergerak di atas
dua garis optimalisasi. Tingkat optimal pertama adalah mengupayakan
berfungsinya sumber daya insani ke arah pencapaian kondisi full employment dan
optimalisasi dalan hal memproduksi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier secara proporsional.
Pada prinsipnya, Islam juga lebih menekankan berproduksi demi
untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir
orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya beli yang lebih baik.
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi
beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh
umat manusia.
E.
Prinsip-Prinsp Produksi dalam Islam
Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW memberikan arahan mengenai
prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:
1.
Tugas manusia di muka bumi sebagai
khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya.
2.
Islam selalu mendorong kemajuan di
bidang produksi.
3.
Teknik produksi diserahkan kepada
keinginan dan kemampuan manusia.
4. Dalam berinovasi dan bereksperimen,
pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan
memaksimalkan manfaat.
Adapun
kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:
1.
Memproduksi barang dan jasa yang halal
pada setiap tahapan produksi.
2.
Mencegah kerusakan di muka bumi,
termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya
alam.
3.
Produksi dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
4.
Produksi dalam Islam tidak dapar
dipisahkan dari tujuan mandiri umat.
5.
Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.
Dalam Islam menurut Muhammad Abdul Mannan, perilaku produksi tidak
hanya menyandarkan pada kondisi permintaan pasar, melainkan juga berdasarkan
pertimbangan kemaslahatan. Pendapat ini didukung oleh M. M. Metwally yang
menyatakan bahwa fungsi kepuasan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh
variabel tingkat keuntungan tetapi juga oleh variabel pengelauaran yang
bersifat charity atau good deeds. Sehingga fungsi utilitas dari pengusaha muslim
adalah sebagai berikut:
Umax = U (F,G)
Di
mana: F = tingkat keuntungan
G = tingkat pengeluaran untuk good deeds/charity
Islam mewajibkan sedekah dari mereka yang mampu untuk membantu
golongan miskin dan negara diberi wewenang untuk mengelola sedekah tersebut.
Berdasarkan wewenang tersebut, negara diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
dari seluruh masyarakat. Dengan demikian tingkat minimal konsumsi masyarakat
ada pada tingkat konsumsi kebutuhan primernya.
Meskipun kedewasaan sosial dari perusahaan semakin disadari
pentingnya oleh sistem ekonomi konvensional, akan tetapi jika ada yang
melandasinya bukan keimanan dan paradigma Al-Qur’an dan Sunnah, akan didapatkan
hasil yang berbeda.
_________________
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Husnul Khatimah, Teori Produksi Islam, Kafe
Syariah.net
Abdul-Mannan
_______________________
Langganan:
Postingan (Atom)